SEJARAH TANETE (BULUKUMPA)

Apakah anda berasal dari tanete ? jangan pernah menganggap anda orang tanete jika belum tau sejarah yang ada didaerah tanete/bulukumpa. anda boleh lahir dan tinggal didaerah tanete tapi belum tentu anda mengetahui  sejarah daerah tanete. Daerah yang terletak sekitar 30 kilometer dari kota bulukumba ini ternyata mempunyai sejarah yang cukup menarik untuk kita ketahui.berikut ini merupakan hasil kajian dan penelitian dari seorang siswa MAN tanete yang bernama azrul amar dan menyajikan informasi kepada kita melalui rewriting dalam blog ini.

Mitos penamaan Bulukumpa pertama kali muncul pada abad ke – 16 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Dan di batas Bukit yang bernama Karampuang. Raja Bone masih mengklaim bahwa bukit Karampuang (Wilayah ini didekat perbatasan Kab. Bulukumba dan Kab. Sinjai) mengklaim masih Bukitnya, yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang,oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulukumupa”, yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumpa”

Dan ternyata bulukumpa atau yang biasa kita sebut dengan tanete ini dulunya adalah sebuah kerajaan kecil  yang berdiri beberapa ratus tahun yang lalu.

            Cikal bakal lahirnya kerajaan Bulukumpa yaitu dengan munculnya 7 Gellarang yang bersatu untuk membentuk sebuah kerajaan yaitu sebagai berikut :

1)      Gellarang Jawi – Jawi

2)      Gellarang Bulo – Bolu

3)      Gellarang Bulukumpa/ Salassae

4)      Gellarang Kambuno

5)      Gellarang Jojjolo

6)      Gellarang Balang Taroang

7)      Gellarang Bulo Lohe

Raja pertama  kerajaan Bulukumpa adalah seorang keturunan dari kerajaan Bone yang bernama “Lapatau Matanna Tikka’” yang bergelar “Karaetta’ ri Nagauleng Mangngakua Dg.Pasau”

Berikut sebagian arung/raja dan pelaksana tugas kerajaan yang pernah memimpin kerajaan Bulukumpa  :

Ø  Imaddolangeng Dg. Ngilau Karaetta Hajjie

Beliau adalah arung bulukumpa yang ke 10.

Ø  Karaeng Hajji Makkarodda

Beliau adalah sulle watang( wakil arung ) dari Imaddolangeng Dg. Ngilau Karaetta Hajjie

Ø  Imannodjengi Dg. Tiro

Beliau adalah adalah arung Bulukumpa yang ke 11. Pada masa beliau menjadi raja, sektor perekonomian kerajaan Bulukumpa berkembang pesat. Karena pada awalnya sebelum beliau menjabat pada tahun 1914,belum ada persawahan di wilayah Bulukumpa. Jadi,selama ini padi yang dikomsumsi masih berupa padi darat yang kualitasnya sangat keras. Baru kemudian setelah beliau menjabat,maka diadakanlah percetakan sawah pada tahun 1918.

Ø  A. Mappi Djappu Dg. Djarre

Beliau sebernanya bukanlah Arung,melainkan hanya pelaksana tugas Arung menggantikan posisi arung Imannodjengi Dg. Tiro untuk sementara.

Ø  A. Abduh Syukur Dg. Pabeta ( Arung Bulukumpa Ke-12 )

Ø  H. A. Mansur Dg. Sikki

Beliau adalah kepala Distrik Bulukumpa/ Tanete. Beliau juga adalah kepala camat pertama Kecamatan Bulukumpa.

Pada masa Bulukumpa masih berbentuk kerajaan, maka yang dijadikan rumah kerajaan pada waktu itu adalah rumah setip raja yang menjabat.

Berbicara mengenai Bola Kambarae atau dalam bahasa Indonesia “Rumah Kembar”. Alasan mengapa harus rumah kembar, karena pada waktu itu kerajaan Bulukumpa dipegang oleh 2 kerajaan besar di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa yang silih berganti memegang tampuk kerajaan.

Sementara rumah adat Bola Kambarae yang biasa kita lihat sekarang adalah rumah kerajaan mulai dari Arung/Raja bulukumpa yang ke 11 yaitu Imannodjengi Dg. Tiro sampai kerajaan Bulukumpa menjadi sebuah kecamatan. Pembangunannya dimulai pada tahun 1919 dan baru selesai pada tahun 1923.

Arsitek  Bola Kambarae sendiri sangatlah sederhana, karena berupa rumah panggung dan hanya terdapat 2 pintu( depan dan belakang ). Setiap tangganya memiliki “tapping” atau suatu atap yang bersusun – susun dan berciri khas rumah bangsawan atau rumah karaeng dalam pandangan masyarakat. (Kata “Karaeng” sendiri berasal dari bahasa Arab ٲلگڕیم (Al Karim) yang berarti “Yang Mulia” )

Sementara untuk warna, Rumah Adat Bola Kambarae memiliki warna kuning(warna kebesaran Kerajaan Bone) yang memiliki anggapan bahwa kuning adalah warnanya Emas dan padi,yang “berarti bahwa semakin berisi semakin merunduk”. Terdapat pula sedikit garis – garis dengan warna Hijau yang disamakn dengan Petani dengan anggapan bahwa Bulukumpa memiliki kekayaan alam yang berlimpah.

Kini bola kambarae telah menjadi museum yang terletak di dekat perempatan antara jalan karet dan jalan kemakmuran.

 

Untuk menambah sedikit informasi tentang beberapa sistus bersejarah yang ada di tanete dalam blog ini kembali akan saya rewriting sebuah laporan tulisan dari Muhammad arman kadir dari Koran redaksi fajar

ARMAN/FAJAR
LAPORAN: MUHAMMAD ARMAN KADIR, Tanete, Bulukumba

DULU daerah ini pada masa transisi kemerdekaan bernama Distrik Bulukumba Tua. Letaknya sekira 35 kilometer dari pusat Kota Bulukumba.

Hingga saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba belum memiliki satu pun literatur yang menjelaskan secara detail tentang keberadaan Pesanggrahan Tanete peninggalan Belanda ini. Masa pembangunannya pun belum tertera dalam rekam sejarah daerah ini. Termasuk dalam buku “Spektrum Sejarah Bulukumba”, tidak dijumpai tulisan tentang bangunan bersejarah ini. Satu-satunya pengakuan secara tertulis hanya ditemukan pada buku “Data Base Sistem Informasi Sejarah dan Purbakala Bulukumba”. Namun dalam buku seri benda cagar budaya dan situs pun hanya menjelaskan letak bangunan ini secara administratif.

75412--FOTO PESANGGRAHAN TANETE, BULUKUMBA (2)

Soal bagaimana sejarah bangunan ini sama sekali kabur. Pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pun tidak mampu menunjukkan literatur tentang apa dan bagaimana bangunan ini. Bahkan soal kapan didirikan dan siapa yang mendirikan tidak ada secara tertulis.

Begitu pun saat FAJAR melakukan penelusuran ke Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah, juga hasilnya nihil. Hal ini membuat FAJAR memutuskan untuk berkunjung ke pesanggrahan yang dikenal angker ini. Penjaga pesanggrahan, Ismail alias Hamzah adalah orang pertama yang ditemui.

Pria yang sudah 16 tahun menjaga tempat ini kemudian bergegas mengambil kunci rumah tua ini. Sambil sesekali melempar senyum, dia mempersilakan FAJAR masuk untuk melihat langsung bagian dalam bangunan ini. Bapak lima anak yang rumahnya tepat berada di belakang gedung ini langsung membawa penulis ke ruangan paling depan.

Ruangan ini berbentuk segi lima. Di tempat tersebut ada dua meja satu berukuran 1×1/2 meter. Meja lainnya berukuran 2×1/2 meter. Juga ada dua kursi panjang dan tiga kursi satuan. Meja dan kursi ini diletakkan sama polanya dengan model ruangan tersebut. Uniknya, setiap dinding bangunan ini yang tingginya sekira 2,5 meter, sekira dua meter bagian dalam materialnya dari bambu yang kemudian disemen bagian luarnya.

Pesanggrahan ini memiliki empat kamar tidur. Masing-masing dua kamar pada sisi kanan dan dua pada sisi kiri. Pada bagian depan kamar sisi kanan dan sisi kiri lebih rapat. Kedua kamar hanya dipisahkan lorong seluas satu meter.

Lorong ini menghubungkan ruang tamu dengan ruangan tengah yang dijadikan tempat makan. Itu sebabnya dua kamar pada sisi kanan dan kiri bagian belakang lebih jauh jaraknya karena dipakai sebagai ruang tengah/ruang makan.

Meskipun bentuk pada bagian utama bangunan ini masih dipertahankan. Namun sebagian ada juga yang telah dirombak. Pada bagian belakang yang terpisah dari bangunan utama, awalnya ada tiga sisi yang dibangun memanjang pada 1982. Terdiri dari gudang, dapur, dan kamar mandi. Namun, saat ini sudah berubah. Bangunan tersebut diubah dan dibangun sekat-sekat kamar berjumlah enam. Kemudian pada empat kamar utama juga ditambah dengan fasilitas kamar mandi masing-masing. Ini dilakukan lantaran gedung ini juga disewakan. Tarifnya Rp50 ribu per malam. Meskipun diakui Hamzah jarang ada tamu yang memanfaatkannya.

Hamzah mengaku tidak banyak tahu asal usul bangunan ini. Yang dia ketahui hanya tahun berdirinya, yakni 1913. Itu pun, informasinya dia dapat dari cerita orang-orang dahulu.

Hal ini membuat FAJAR semakin penasaran sehingga memutuskan menginap di tempat ini. Hamzah memberi satu kamar yang terletak pada bagian belakang sisi kiri bangunan. “Tapi di sini agak mistik, Pak,” ucapnya setengah berbisik.

Malam harinya, FAJAR mencoba mencari warga setempat yang kemungkinan tahu tentang bangunan ini. Namun hasilnya juga nihil. Meski diselimuti rasa penasaran, kami memutuskan untuk masuk kamar dan melewati malam sejenak di tempat ini. Sembari mencoba merasakan aroma mistik dalam setiap sudut dalam bangunan ini. Terbangun beberapa kali, pagi pun tiba, Minggu, 11 Maret. Kami kemudian diberi tahu salah seorang teman yang menyebut ada tokoh masyarakat yang tinggal tidak jauh dari tempat ini. Namanya, adalah Karaeng Mangka. Dia juga adalah tokoh masyarakat yang sering kali membenahi bangunan ini sekian lama.

Kamis kemudian menyambangi rumahnya. Alhasil, saat ditanya kapan berdiri bangunan ini, dia dengan cepat menyebut angka 1913. Ditanya ada bukti menunjukkan hal ini? Karaeng Mangka menyebut satu guci yang dipasang di puncak bangunan yang menjawabnya. Dia pun menyebut jika dirinya sudah berulang kali memperbaiki atap bangunan ini yang sudah rusak. Kemudian suatu ketika dia harus mengangkat guci seukuran toples kue ini karena akan membenahi salah satu bagiannya. Setelah diangkat, pada bagian bawah tempat guci ini menempel tertulis dibangun 1913.

Kemudian Karaeng Mangka menceritakan tentang asal usul bangunan ini. Tokoh masyarakat Tanete ini bercerita berdasarkan apa yang dia lihat dan dengar dari kerabatnya yang menjadi saksi sejarah keberadaan Belanda di tempat ini. Dia kemudian mengatakan bahwa bangunan ini tidak terlepas dari rencana Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun pusat pemerintahan Bulukumba yang berlokasi di Tanete. Namun menurut Karaeng Mangka, hanya berselang sekira tiga tahun saja, Belanda berada dan membangun kekuasaan di Tanete. Belanda kemudian hijrah ke Bulukumba dan mengambil segenggam tanah di daerah ini.

Tanah tersebut kemudian dibawa ke Bulukumba yakni ke Ujung Bulu dan diletakkan pada satu tempat yang kemudian akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Itu sebabnya, di Bulukumba yang saat ini memang menjadi pusat pemerintahan dimana berdiri kantor bupati berada di Kelurahan Tanah Kongkong. Artinya, tanah yang yang bawa dari daerah lain yakni dari Tanete.

Bukti bahwa Tanete menjadi daerah awal untuk menjadi pusat kota, kata dia, dibuktikan dengan penetapan daerah ini menjadi Distrik Bulukumba Lama sekira tahun 1951 atau sekira enam tahun pasca kemerdekaan.

Kembali soal pesanggrahan, dia mengatakan bahwa pengambilalihan bangunan tersebut menjadi milik pemerintah seiring dengan berpindahnya pemerintah kolonial Belanda ke Bulukumba tiga tahun setelah bangunan ini dibangun yakni pada 1916.

Awalnya, kata Karaeng Mangka, Pemerintah Belanda pindah lantaran tidak cocok dengan cuaca di Tanete yang dingin sehingga mencari lokasi lain. Saat itu lah, bangunan ini tinggal menjadi persinggahan saja jika petinggi Hindia Belanda berkunjung ke lokasi ini. Bahkan konon, Westerling juga pernah singgah di tempat ini.

Adapun versi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, gedung ini dibangun hanya sekadar persinggahan Belanda. Udara yang sejuk membuat Belanda memilih Tanete sebagai tempat paling tepat untuk beristirahat.  Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Andi Nasaruddin Gau menyebut kemungkinan ada hubungannya antara gedung tersebut dengan perusahaan karet PT London Sumatera (Lonsum). Kendati dia juga tidak berani memastikannya lantaran memang keberadaan bangunan ini belum tercatat secara lengkap.(*)


By DJ89 Posted in Uncategorized

46 comments on “SEJARAH TANETE (BULUKUMPA)

  1. Untuk mengetahui sejarah yang baru, perlu menyusuri sejarah yang terdahulu, , msialnya kerajaan kajang, tiro, bontobiraeng, bolu bolu, yang keberadaannya jauh sebelum agama islam, masuk di bulukumba, atau sulawesi selatan.

  2. iya sepertinya, kita harus tetap mencari informasi terbaru lainnya untuk menambah wawasan budaya daerah. bagi teman-teman yang mempunyai informasi terbaru silahkan tuliskan dikomentar di bawah.terimahkasih

    • Assalamualaikum warahmatullahi saya ingin bertanya siapa siapa keturunannya ke imannodjengi dg Tiro karena kebetulan di Tiro ada nama yg sama dengan DgNojeng

  3. sangat bagus untuk kita semua,apalagi untuk adik2 kita yang belum terlalu paham kampung halaman kita bulukumpa tanete,saya juga asli tanete jawi jawi,dan nenek saya gellareng jawi jawi kuburanya ada di lapangan satu, gella timummung,dan satunya lagi bapaknx bapak saya gella bennu ada di samping rumah saya.
    salam satu suku

  4. Perlu dilanjutkan ….. informasi ini buat generasi kita sekarang.
    Usulan ……., mari kita telusuri sejarah yang pernah ada di bulukumba pada umumnya. Kita sangat prihatin dari jaman ke jaman, dari generasi ke generasi, informasi tentang historis sudah pudar semenjak hilangnya sistem pemerintahan kerajaan.
    Sementara di daratan sumatera, daerah bulukumba sangat dikenal, diantaranya proses masuknya Islam di daratan Sulawesi (termasuk wilayah bulukumba dianggap sebagai daerah awal mula masuknya Islam, yaitu pada jaman La Unru Dg.Biassa Krg Ambibia Thn 1606 bersamaan Raja Tallo Karaeng I Mangarangi Dg.Manrabia, Payungge Ri Luwu La Pattawe Dg. Parrebbung.
    Namun disayangkan, tulisan sejarah tentang La Unru Dg. Biassa Krg Ambibia sepertinya ditutup oleh tirai. Salah seorang putra daerah yang sangat berjasa awal proses Isalamisasi, sehinggat Islam jaman itu dikenal/dianut oleh kerajaan-kerajaan di sekitarnya,

    Informasi tambahan berdasarkan literatur yang saya miliki (ditulis tahun 1903 dalam Letter Lontara Makassar) :
    La Unru Dg. Biassa yang digelar “Karaeng Ambibia” memerintah di Kerajaan Tiro pada abad ke-17 (1571-1639 M) menerima kedatangan Tiga Ulama (DatoTallua dari daratan Sumatera yaitu Khatib Abdul Makmur yang dekenal Dato ri Bandang, Khatib Sulaeman yang dikenal Dato Patimang dan Khatib Bungsu yang dikenal Dato ri Tiro Bulukumba dengan nama lain Syeck Maulana.
    La Unru Dg. Biassa, turunan ke-7 dari Samparaja Dg. Malaja (Raja-I, abad 14), turunan ke-5 dari Rangga Dg.Ilalang (1470-1517 M), anak dari Kambu Dg. Paolli (1417-1571 M).
    Rangga Dg.Ilalang cucu Samparaja Dg. Malaja, anak dari Hawang yang digelar Samahupasang dan suaminya Bakklau Parani yang digelar Rangkana Tanayya (situs raja ada pada possi tana di Tiro, suatu tempat pelantikan raja-raja, pada jaman tersebut yang pertama raja dilantik pada possi tana).
    Berlanjut ………..

    Namun hal-hal tersebut tidak pernah dibahas, apakah seperti itulah sejarah ?

  5. tabe’ , bukannya la patau matanna tikka itu raja bone bukan raja bulukumpa, krn yg brgelar matanna tikka itu adalah mangkau bone ; LA PATAU MATANNA TIKKA WALINONOE TO TENRIBALI SULTAN MUHAMMAD IDRIS ADHIMUDDIN ARUNG MALAE SANRA ARUNG UGI RANRENG TUWA WAJO DATU SOPPENG XVIII 1696-1714 MANGKAU BONE XV 1696-1714 MATINROE RI NAGAULENG

  6. Ie, betul itu. La Patau Matanna Tikka itu mangkau ri bone (raja bone). Tidak pernah menjadi raja di bulukumpa. Dalam penelusuran sejarah di kawasan bulukumpa dan dan tanete masuk wilayah kerajaan bulo bulo. Dan mungkin yang ada di bulukumpa hanya turunan/anak cucu yang bermukim dan bukan seorang mangkau/raja. Sekitar tahun 1951 terbentuk pemerintahan distrik, ahhhhh jaman itu yang menjabat kepala distrik digelar karaeng atau gallarang atau kepala kampung yang diberi oleh masyarakat sebagai penghargaan, bukan memimpin suatu wilayah otonomi kerajaan.

  7. Di atas dijelaskn kalau arung ke 10 i maddolange kr hajji, jika demikian bisa dijabarkan arung sebelumny mulai dr arung 123456789… Ada yg tahu ??? Artikel.di atas msh kurang penjelasany. Selain itu kata / gelaran arung di atas apa sudah sesuai.? Dalam artian ap memang kerajan kecil.seperti tanete (di bulukumpa) memang benar memakai gelar arung untuk raja ny ? Arung apa karaeng ??? Sumber informasi harus jelas diperoleh dr mana,.jgn smp hanya satu.sumber,dmn sumber informasi trsebut jg tidak/belum trlalu paham/luas cakupan pengetahuanny soal sejarah masa lalu (lebih tepatny cocologi mgkn)… Tabe’

  8. ceritanya banyak yg tidak jelas masih simpang siur ! raja 2 3 4 5 6 7 8 9 siapa ? ada yg tahu ! perl;u disertakan juga sumber informasi dr artikel ini, jgn asal posting sana sini, bisa jd ilmu cocology !

  9. Tolong carikan keluarga sy Hasbiah dan nama suami nya muh.jufry yg tinggal di jalan cengkeh dn tolong minta kan no hp nya .

  10. kalau mau tau sejarah lengkap bulukumpa yang sebenarnya, silahkan cari dan baca secara detail lontara misalnya nama Karaeng Mannaungi, Karaeng petta Majjanggo’e dll….

  11. Kalau menulis artikel tentang kerajaan bulukumpa jgn hanya sebahagian, coba bahas raja 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Misalnya Raja ke-7 yg bernama Kr. Paturung Dg. Makkelo Bin Kr. Baso Kalaka.

  12. saya lgi cari2 lontara bilang ini….sy mau tau karaeng aslinya tanete/bulukumpa siapa2 saja yg anak cucunya yg masih hidup sampai sekarang..biar kita tauh sejarah semua..

    • Sy referensi Andi Syahrir (mantan camat Rilau Ale) kalo ada yg mencari khasanah tambahan informasi tentang sejarah Tanete Bulukmpa. Dari beliau mgkn bs berkembang nara sumber yg masih hidup lainnya. Andi Syahrir tinggalnya di jàlan kopi tanete. Trmksh

  13. terusmeneliti dan menuliskan sejarah kampung kita, dengan begitu orang akan lebih tahu tentang bulukumba khususx tanete dengan begitu akan lebih dikenal oleh masyarakat terkhusus warga sul-sel… jempol

  14. Kalo bangunan yg materialnya bambu maka itu bisa di pastikan bangunan yg dibuat jaman belanda sewaktu berkuasa.. Karna prakarsa bambu sebagai pengganti besi tulangan itu orang blanda..

  15. Good enough…. untuk penggalan cerita sejarah, terima kasih atas usaha yang diberikan dalam menampilkan tulisan ini.
    B t W, bagi yang peduli dan pingin, silsilah rumpun keluarga Karaeng Bulukumpa mulai dari Karaeng I Mangngakuang I Manyullei Daeng Mabbanyara hingga H. Andi Abdul Sjukur Daeng Mattotorang, silahkan kontak kami.

  16. bahwa raja Bulukumpa yang pertama bukanlah “LAPATAU MATANNA TIKKA ” seperti yang termuat dalan sejarah ini tetapi seorang “LAPATAU MATANNA TIKKA ” adalah raja Bone yang melantik raja Bulukumpa yang Pertama bernama ” IMANYULLEI DG MABBANYARA” atau yang digelar dengan nama ‘TOMATINROE RI ALLELUNGENNA” yang berkedudukan di Tanete setelah ” IMANYULLEI DG MABBANYARA” mangkat karena Perjuangan melawan Belanda maka yang menggantikan posisinya adalah anaknya sebagai Arung/Raja adalah “BANGKAILONG DG PARANI” (Raja/Arung II) atau yang di gelar dengan nama “TOMATINROE RI SIGERI” yang berkedudukan juga di Tanete setelah beliau Mangkat karena perjuangannya mempertahangkan daerah kekuasaan Bone di daerah Sigeri maka yang menggantikan Posisinya yaitu anaknya sendiri yang bernama “IMANNAUNGI DG MALALA’NGI”(Raja/Arung III )yang berkedudukan di Tanete dalam cerita orang2 yang mengtahui menyusun lontara Bulukumpa “IMANNAUNGI DG MALALA’NGI” mangkat dan digantikan posisinya oleh anaknya sendiri yaitu ” SANRANG DG MALLEWAI ” atau” SANRANG DG MALLEHAI ” (Raja/Arung IV) kesemuanya tersusun dan semuanya dilantik menjadi Arung/Raja di Tanah Bone atau di Sarajae Bone karena Bulukumpa adalah daerah kekuasaan Kerajaan Bone dan yang bersangkutan yang kami sebut namanya yang telah menjadi Raja/Arung yang makamnya adalah sebagai berikut :
    1.IMANYULLEI DG MABBANYARA”(Raja/Arung I) atau’TOMATINROE RI ALLELUNGENNA” makamnya ada di Desa Bulo Lohe Kecamatan Rilau Ale
    2.”BANGKAILONG DG PARANI” (Raja/Arung II)atau “TOMATINROE RI SIGERI” makamnya ada di Daerah Sigeri
    3.”IMANNAUNGI DG MALALA’NGI”(Raja/Arung III) makamnya ada di Lojeng Kampong Towa di Tanete
    4.” SANRANG DG MALLEWAI ” atau” SANRANG DG MALLEHAI “(Raja/Arung IV) makamnya ada di Lojeng Kampong Towa di Tanete kesemuanya ini kami dapat imformasinya dari cucu beliau yang bisah dipercayai
    Demikianlah koreksi saya mudah-mudahan menjadi masukan bagi kita semua dan selanjut bisa kita gali Imformasinya melalui orang2 yang dapat dipercaya

  17. Bahwa sejarah Bulukumpa/Tanete memang perlu diangkat agar generasi kita bisa mengetahuinya kelak seperti yang kami dapatkan informasi dari Almarhum KR COTO BIN KR MADDA BIN KR MANJI BIN KR SANRANG DG MALLEHAI BIN KR MANNAUNGI DG MALA’LANGI BIN KR BANGKAILONG DG PARANI BIN KR MANYULLEI DG MA’BANYARA dalam penjelasannya menyebutkan sbb :
    Bahwa Bulukumpa/Tanete yang pertama memimpin Kerajaannya adalah IMUNYULLEI DG MA’BANYARA tidak seperti yang disampaikan dalam artikel ini LAPATAU MATANNA TIKKA WALINONOE TO TENRIBALI SULTAN MUH IDRIS dia adalah Raja Bone pada saat itu sementara IMUNYULLEI DG MA’BANYARA adalah Raja Bulukumpa yang pertama yang dan yang melantik yaitu raja yang memerintah dikerajaan Bone pada waktu itu LAPATAU MATANNA TIKKA karena Bulukumpa pada waktu itu diwilayahi oleh Kerajaan Bone dalam sejarah tidak ada yang menyebutkan bahwa setiap Raja di Tanah Bulukumpa memimpin sekian Tahun yang ada hanyalah system pergantian Tahta Kerajaan Bulukumpa setelah mangkatnya IMUNYULLEI DG MA’BANYARA yang juga digelar dengan TOMATINROE RI ALLELUNGENA (meninggal karena tengah mengusir Belanda dalam membela NKRI) dimakamkan di Desa Bulo Lohe Kec.Rilau Ale maka Tahta Kerajaan berpindah ke anaknya Yaitu IBANGKAILONG DG PARANI beliau tidak juga disebutkan tenggang waktu pemerintahannya IBANGKAILONG DG PARANI di gelar juga dengan nama TOMATINROE DISIGERI (mereka meninggal dalam mempertahankan daerah kekuasaan Kerajaan Bone ) dan dia dimakamkan di Sigeri setelah IBANGKAILONG DG PARANI mangkat maka yang menggantikan kekuasaannya yaitu putranya yang bernama IMANNAUNGI DG MALA’LANGI juga tidak ada sumber yang bisa memberikan keterangan tentang berapa tahun masa pemerintahannya IMANNAUNGI DG MALA’LANGI mangkat dan dikuburkan di Lojeng Kampong Towa Tanete kesemuanya diatas memimping kerajaannya di Tanete lalu setelah mangkatnya IMANNAUNGI DG MALA’LANGI maka pemerintahannya di gantikan oleh ISANRANG DG MALLEHAI yang pusat pemerintahannya di pusatkan di SAPOBONTO kesemuanya yang kami sebutkan diatas dilantik di SAORAJAE BONE dan ISANRANG DG MALLEHAI yang terakhir dilantik di SAORAJAE BONE dan raja berikuitnya hanyalah di lantik di Tanete dan raja-raja selanjutnya silahkan cari lagi kepada narasumber yang bisa dipercaya demikian semoga dapat dipahami

    • cocok persisi seperti apa yg paman kami jg sampaikan. cm yg jd pertanyan adakah yg mengetahui orang tua dr I Mannyullei DG Mabbannyara ? tks

  18. kuburan ISANRANG DG MALLEHAI ada di Lojeng Kampong Towa Tanete yang masuk dalam kawasan cakar budaya berdekatan dengan kuburan Baso Kalaka ( PUANG LAMPE UTTU ) dan juga berdekatan dengan kuburannya IMANNAUNGI DG MA’BANYARA

  19. Anas.
    Kalau berbicara tentang sejarah Bulukumpa, diawali dengan banyaknya Lompo semacam gallareng terpisah pisah, karena wilayah bulukumpa masih merupakan hutan belukar. Antara satu lompo dengan lompo lainnya merupakan pendatang. mereka mendirikan perkampungan yang mereka sebut dengan lompo. Setelah tahun 1859, setelah Kerajaan Bulo-Bulo yang tergabung dalam Kerajaan Tellu Limpoe _ Bulu-Bulo, Lamatti dan Tondongdi Sinjai dikalahkan oleh Belanda, maka pasukan kerajaan Bulo-bulo yang dipimpin Panglima perangnya Baso Kalaka bergelar Puang Lampe Uttu menyingkir ke wilayah tanete karena sudah tidak mampu melawan Belanda.
    Di Tanete, Puang Lampe Uttu beserta pengikutnya membuat perkampungan di wilayah Kampong Toa. Karena dia melihat di Bulukumpa tidak ada arung, yang ada hanya Lompo-Lompo yang dipimpin oleh masing-masing puang lomponya. maka ia memanggil kemenakannya seorang Sullewatang (arung) di kerajaan Bulo-bulo bernama Tabba Daeng Paroto anak dari Sigala Daeng Sibali saudara Lampe Uttu. Dialah arung pertama di Bulukumpa, tapi masih dibawah pengawasan lampe Uttu.
    Jangan heran kalau nama nama sejumlah tempat di Bulukumpa banyak kesamaannya dengan nama tempat yang ada di wilayah Sinjai seperti Bulo-Bulo, Balleanging, Biroro, Lempangeng, Lojeng, Songing, dan lainnya, itu diberi nama oleh orang orang pengikut Lampe Uttu.
    Nama sebenarnya Lampe Uttu adalah I Makkarodda Puang Lammpe Uttu Baso Kalaka. Ia dilahirkan di Kalaka (di tengah Kota Sinjai di kaki Bukit Gojeng) tahun 1776.
    Itulah sinopsis singkat tentang Bulukumpa. Salam

    • Baru tau saya kalau Tebba daeng paroto anak dari sigala daeng sibali 😁 lontara manaki ambil referensi yek? Setau saya saudara lampe uttu itu Langade dg Mangolo

  20. Ass, perlu saya sampaikan bahwa saya adalah turunan langsung dari GELLARENG BULO-BULO namanya Gellareng BOHARI yang makamnya beliau ada di Desa Bulo-Bulo Kecamatan Bulukumpa, saya sekarang menetap di Kota Kendari, wassalam.

  21. Assalamu alaikum,wwb,saya pernah dengar percakapan om saya sama bapak saya,kalo ada lontara peninggalan nenek saya di tanete, dan keberadaan lontara itu ada di rumah seseorang yg diamanahkan kalo suatu saat ada pewarisnya ( bapak saya) atau saudaranya yg berhak atas lontara tersebut,menurut informasi ada pihak yang ingin menguasainya ,mungkin dalam waktu dekat ini saya dan keluarga akan ke tanete untuk mengambilnya, mungkin lontara itu bisa membantu kita.trims,

  22. Assalamu alaikum,wwb,saya pernah dengar percakapan om saya sama bapak saya,kalo ada lontara peninggalan nenek saya di tanete, dan keberadaan lontara itu ada di rumah seseorang yg diamanahkan kalo suatu saat ada pewarisnya ( bapak saya) atau saudaranya yg berhak atas lontara tersebut,menurut informasi ada pihak yang ingin menguasainya ,mungkin dalam waktu dekat ini saya dan keluarga akan ke tanete untuk mengambilnya, mungkin lontara itu bisa membantu kita.trims,

  23. tabe, terdapat sedikit koreksi, kekeliruan dalam menukil keterangan di atas, Setelah “I Nodjeng Daeng Tiro, maka digantikan sementara oleh anak pertamanya yg tertua dr istri pertamanya yg bernama (Kr. Rannu bin Kr. Bontobila Gowa), Jd penulisan bahwa Beliau bukanlah arung (I Mappidjeppu Daeng Djarre Kr.Allu Warney Abdulhafitz) kurang tepat, ini bisa menimbulkan pendistorsian sejarah. Memang benar bahwa I Mannodjengi Daeng Tiro (bin I Mappaka’iyya Krgta Mangalli) digantikan sementra oleh anaknya karena waktu itu di akhir akhir hayatnya Beliau dalam keadaan sakit, dan menitip pesan ke anaknya untuk digantikan, & jg memberikan wejangan bahwa : banyak dari sajing (kerabat) yg menginginkan jabatan ini (mengingat I Nodjeng Dg Tiro memerintah cukup lama kuranglebih 34tahun 1914-1948) maka jika dikemudian hari sepeninggalku, mereka menginginkannya maka mengalah lah. Maka dr itu selaku anak, Beliau tidak terlalu menginginkan jabatan tersebut. Wallahualam…

  24. tabe, terdapat sedikit kekeliruan di atas,menyebutkan bahwa sebenarnya I Mappidjeppu Dg Djarre bukanlah arung. Ini sedikit kesalahan dalam penukilan, bisa pendistorsian sejarah namanya. Memang benar bahwa I Mannodjengi dg tiro menyerahkan jabatan sementara ke anaknya yg tertua (dr istri pertamanya Kr.Rannu bin Kr.Bontobila gowa) karena saat itu di akhir masa pemerintahannya Beliau sakit, mengingat memerintah cukup lama kuranglebih 34tahun lamanya (1914-1948) dan menitipkan pesan ke anak tertuanya (I Mappidjeppu Dg Djarre Kr.Allu Warney Abdulhafitz) bahwa banyak dari sajing (kerabat) kita yg menginginkan jabatan ini, maka janganlah berebut kekuasan janganlah terlalu menginginkan jabatan, mengalah lah. dengan demikian selaku anak mengikuti wasiat ayahnya, maka dari itu tidak lah lama menjabat (sbg pelaksa tugas 1948-1952, dikarenakan ayahnya yg mulai sakit dan akhirnya M.D). Wallahualam

  25. setelah masa i mannodjengi dg tiro, digantikan sementara oleh anaknya sendirim yaitu i mappidjeppu dg jarre, krn ayahnya waktu itu sudah mulai sakit di akhir hayat nya. jd tdk benar di artikel di atas klo i mappidjeppu dg jarre tidak masuk dlm urutan arung. ini distorsi sejarah,perlu diluruskan.

  26. tulisan ini ada sedikit KEKELIRUAN. TIDAK BENAR bahwa I Mappidjeppu Daeng Jarre adalah bukanlah arung, Beliau adalah anak TERTUA dari I Mannodjengi Dg Tiro (Arung Bulukumba Toa yg memerintah selama kurang lebih 34 tahun), Beliau adalah keturunan langsung dr somba ri gowa I Mannawari Sultan Abdulhadi Krg Bontolangkasa. dan kakeknya (I Mappakaiyya Dg Jarre krgta Mangalli / ayah dr I Mannojengi dg tiro) adalah panglima perang kerajaan gowa di masa pemerintahan somba gowa I Makkulau dg Serang. Di akhir masa tua dr I Mannodjengi yg sudah mulai sakit, maka posisi Arung digantikan oleh anaknya tersebut. karena anaknya bukanlah orang menginkan kedudukan, & jg ada pesan dr ayahhandanya, maka posisi itu Beliau emban sementara karena sebagai bakti anak ke orangtua, disamping itu banyak dr kerabat yg menginginkan jabatan tersebut, karena telah lamanya I Mannojengi memerintah. Demikian informasi tambahan

Leave a comment